[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Siwalan Fruit Tuban"][/caption]
Siwalan Fruit
Siwalan is a type of palm trees that grow in many coastal regions of a hot and dry with the sea breeze is blowing a little stronger. Tuban, Lamongan, Gresik, Pasuruan, Situbondo, Bondowoso dan beberapa daerah sepanjang pantai utara (pantura) Pulau Jawa, adalah daerah endemik pohon Siwalan. Tuban, Lamongan, Gresik, Pasuruan, Situbondo, Bondowoso and some areas along the north coast (Pantura) Java, is the endemic tree Siwalan.
Penulis menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa petani Siwalan di Tuban, tepatnya adalah Pak Sogi dan Pak Rosan di Desa Boto, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban Jawa Timur. Author menyempatkan themselves to visit some farmers Siwalan in Tuban, exactly is Mr. Sogi and Rosan Pak Boto in the Village, District Semanding, Kabupaten Tuban East Java. Dari dua orang nara sumber inilah tulisan ini bermula, yang ternyata memiliki prospek yang cukup bagus juga. From two sources this is the beginning this article, which appeared to have a fairly good prospect as well.
Siwalan di daerah Kabupaten Tuban seakan menjadi icon daerah ini. Siwalan Tuban regency in the area as a icon of this region. Kota Tuban kadang sering disebut Kota Tuak, Kota Tuak Tuban. Tuban sometimes the city is often called the City of palm wine, palm wine City Tuban. Di beberapa penjuru kota Tuban banyak ditemui kerumunan orang di pinggir jalan yang duduk-duduk mengelilingi Jerigen Tuak, dengan tuak yang tersaji di gelas-gelas para peminum. In some corners of the city Tuban found many people huddle in the street that sit-sit beset jerrycans tuak, with tuak tersaji the glass in the glass-drinker.
Di sepanjang jalan antara Pakah dan Tuban terdapat banyak sekali deretan warung-warung yang menjual aneka produk Siwalan, seperti Buah Siwalan yang dibungkus plastik, Legen atau Tuak yang dikemas dalam botol Aqua besar dan tanggung, bahkan jerigen yang sekitar 5 literan. Along the road between Pakah Tuban and there are lots of stalls-row stalls selling various products Siwalan, such as the Fruit Siwalan wrapped plastic, Legen or palm wine is packed in bottles of Aqua and responsibility, even jerrycans of about 5 literan.
Dulu tuak ditampung dalam bumbung bambu yang panjangnya sekitar 150 cm yang disebut bonjor. Tuak ditampung first in a long bamboo bumbung about 150 cm, called fortification. Bonjor terbuat dari bambu besar beberapa ruas, yang mana ruas-ruasnya yang menyekat dibuka sehingga ruas-ruasnya terbuka. Fortification of some segment of bamboo, which is joint-ruasnya opened so that the bar-segment ruasnya open. Bonjor ini biasanya bagian luarnya dililiti oleh anyaman daun siwalan yang melingkari bumbung bambu bonjor. Fortification is usually outside the dililiti by webbing around the leaves Siwalan bumbung bamboo fortification. Bonjor bisa menampung sekitar 10-20 liter tuak atau legen. Fortification can accommodate about 10-20 liters of palm wine or legen. Di ujung mulut bonjor biasanya ditutup dengan belahan pita tipis dari daun Siwalan sebagai alat penutup sekaligus penyaring Tuak atau Legen bila dituang di centhak. At the end of the mouth of fortification is usually covered with the thin ribbon of leaf Siwalan as a means of closing at the same time filter or tuak Legen when dituang in centhak.
Tempat untuk minum yang khas sebenarnya tebuat dari sekerat bambu. A place to drink the special sekerat actual tebuat from bamboo. Bambu dengan tinggi sekitar 10 cm yang dijadikan gelas minuman ini disebut centhak. Bamboo with about 10 cm high that was made to drink a glass is called centhak. Bibir dan dinding centhak biasanya sudah ditipiskan, sehingga memudahkan apabila dipakai untuk wadah minuman. Lips and walls are usually centhak be diluted, making it easier when the vessel is used to drink. Sampai sekarang pun centhak masih gampang ditemui di Tuban. Until now no centhak still easily found in Tuban.
Legen atau Tuak ini sebenarnya adalah air nira yang keluar dari pohon Siwalan melalui tangkai tandan bunga yang dipotong atau diiris atau disadap atau dideres. Legen or tuak this is actually the water nira the tree out of the stalk Siwalan through bunches of flowers or cut or sliced disadap or dideres. Tangkai tandan bunga ini lah yang dalam bahasa orang Tuban disebut dengan wolo. Flower stalk bunches this is the language people in Tuban called wolo. Ngunduh tetese wolo berarti memungut tetesan nira dari tangkai tandan bunga yang disadap. Ngunduh tetese wolo means nira levy drops from a flower stalk bunches disadap.
Ada dua macam wolo atau tangkai tandan bunga, yaitu wolo lanang dan wolo wadon. There are two types of cluster wolo or flower stalk, which is wolo lanang and wolo wadon. Tangkai tandan bunga jantan dan tangkai tandan bunga betina. Flower stalk bunches male and female flower stalk bunches. Semuanya bisa disadap air niranya. They can disadap water niranya. Namun yang pasti diambil niranya adalah yang jantan, sedang yang betina kadang dibiarkan tidak disadap karena dipelihara buahnya. But that is taken niranya a male, a female are sometimes left not because disadap kept fruit.
Wolo tidak begitu saja mengeluarkan niranya, tetapi mesti dilakukan dulu perlakuan agar dapat mengeluarkan nira. Wolo not simply issue a niranya, but it must be done first treatment that can remove nira. Caranya wolo yang sudah hampir maksimal perkembangannya diperlakukan seperti dipijat-pijat atau dijepit dengan dua bilah bambu yang tebal atau gilig. Wolo how the maximum of its development has been treated almost like a massage or massage-dijepit with two thick strip of bamboo or gilig. Alat penjepit yang terbuat dari dua bilah bambu itu disebut dengan gathik. Clamp tool made from two bamboo strip is called gathik.
Ada 2 (dua) macam gathik, yaitu gathik untuk bunga jantan bentuknya agak melebar, dan gathik untuk bunga betina biasanya agak gilig atau bulat. There are two (2) types of gathik, namely gathik to male flower shapes rather broad, and gathik to female flowers usually gilig or slightly rounded. Hal ini karena pada tangkai bunga betina posisi menjepinya yang agak susah, karena tangkai tandan bunga betina biasanya agak brendhol-brendhol. This is because the female flower stalk position menjepinya a little difficult, because the female flower stalk bunches usually quite brendhol-brendhol. Penjepitan wolo dengan gathik ini dilakukan secara terus menerus setiap hari selama 1 minggu. Penjepitan wolo with gathik this is done continuously every day for 1 sunday. Setelah ada tanda-tanda wolo akan mengeluarkan niranya, maka pemotongan wolo pun akan dilakukan. Once there are signs wolo will be issued niranya, then cutting wolo will be made.
Sebenarnya masih banyak istilah-istilah lokal seputar Siwalan dan produknya. In fact there are many terms about Siwalan and local products. Mudahan suatu saat nanti Allah menakdirkan dapat mengunjungi Tuban lagi dan menulis lagi. That at a later menakdirkan God can Tuban again and write again. Atau barangkali ke daerah lain yang memiliki potensi Siwalan sangat bagus, yang bisa digali banyak cerita seputar Siwalan serta istilah-istilah lokal sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia. Or perhaps to other regions that have the potential Siwalan very good, which can be extracted a lot of stories about Siwalan and terms as the local cultural wealth of the nation of Indonesia. Biar kita semakin mencintai Indonesia. Let us love the more Indonesia.
For More Details:
www.tuban.eastjava.com
Tuesday, May 26, 2009
Siwalan Fruit Tuban
Labels:
East Java Scenery,
east java. jawa timur
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment